Kisah Inspiratif Prajurit Kostrad di Tapal Batas

Spread the love

Jurnalline.com, PENKOSTRAD – “Bertugas, Berkreasi dan Berkarya” Inilah motto prajurit Kostrad yang sedang bertugas di perbatasan. Kali ini Satgas Pamtas Yonif Para Raider 330 Kostrad memanfaatkan peluang untuk mengembangkan budidaya ternak itik dan telur asin di daerah Boven Digoel. Peluang ini sangat menjanjikan karena belum banyak orang yang mengusahakannya. Tingginya permintaan menjadikan pemasaran yang mudah karena banyak yang akan menampung hasil dari budidaya itik tersebut. Itik dapat dimanfaatkan daging dan juga telurnya. Hal ini tentunya menjadi peluang usaha yang menguntungkan sehinggga dapat meningkatkan kesejahteraan dan menyehatkan masyarakat asli Papua karena nilai ekonomis dan protein yang tinggi dari daging dan telur itik.

Sebuah Kreasi dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Anggota Satgas Yonif Para Raider 330 Kostrad, Praka Reza Malani mengembangkan ide dan mempelopori usaha berternak itik. Hal ini dilakukannya dengan berbekal kemampuan dan ilmu serta pengalaman yang dimilikinya saat berternak itik di rumahnya.
 
Selanjutnya telur itik ini diolah menjadi telur asin oleh Kopka Anis Mansyur. Hasil sangat berbeda apabila dibandingkan dengan telur asin yang ada di pasaran dikarenakan rasa dan kualitasnya yang baik. Sebelumnya untuk memperoleh telur asin, masyarakat setempat harus mendatangkan dari Distrik Muting Kab. Merauke.
 
Ilmu budidaya itik dan telur asin ini ditularkan kepada masyarakat dengan cara pelatihan, penataran singkat dan pendampingan tentang budidaya ternak itik dan pembuatan telur asin kepada masyarakat Papua di perbatasan yang tergabung dalam anggota Koperasi Cahaya Santa Marta di Kab. Boven Digoel. Anggota Koperasi ini seluruhnya adalah orang asli Papua dan kebanyakan adalah mama-mama yang rata-rata tiap hari bekerja sebagai petani sayur, peternak babi dan penjual sayur dipasar dengan penghasilan paling tinggi Rp. 50.000,00 sehari. 
 
Penataran singkat ini dimulai dari pembuatan kandang, pemilihan bibit itik, perawatan, pemberian makan sampai proses pembuatan telur asin. Penataran sudah dilakukan sebanyak dua kali yakni pada tanggal 02 dan 07 Desember berupa teori dan praktek. Masyarakat sangat antusias saat kegiatan berlangsung dengan banyaknya pertanyaan serta mencoba praktek langsung dalam setiap kegiatan.
 
Telur Asin mengandung nilai ekonomis yang sangat tinggi, sebagai contoh dari 24 ekor itik (2 pejantan dan 22 betina) dalam sehari dapat diperoleh 15 butir telur dengan harga Rp. 4.000,00 perbutir, namun apabila telah dijadikan telur asin harganya menjadi Rp. 6.000,00 perbutir. Dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi ini diharapkan dapat menjadikan peluang usaha dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat serta meningkatkan nilai kehidupan masyarakat Papua menjadi lebih baik. Selain itu hasil dari usaha telur asin ini dapat juga dijadikan sebagai konsumsi pribadi untuk memenuhi kebutuhan makanan tambahan bagi keluarga mama-mama Papua.
 
Ke depannya anggota satgas akan terus melakukan pendampingan melekat bagi masyarakat yang beternak itik serta usaha telur asin di rumah-rumah agar dapat memperoleh hasil yang maksimal sampai nantinya dapat dilepas dan dapat mengembangkan usahanya secara mandiri.
(Dian)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.