Sekolah Filial Bantu Penuhi Pendidikan Anak di OKI

Spread the love

Jurnalline.com, Kayuagung OKI (Sumatera selatan) – Luasnya wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), membuat pemerintah setempat harus jeli melihat kondisi di lapangan. Hal ini diharapkan agar dapat lebih meratakan pembangunan.

Seperti halnya dalam hal pendidikan, luasnya wilayah kabupaten ini serta penyebaran masyarakat yang juga sangat luas membuat di wilayah ini masih terdapat sekolah filial (kelas yang dibuka di luar sekolah).

“Ini salah satunya kita temukan di wilayah Kecamatan Sungai Menang, karena memang daerah tersebut sangat jauh dari sekolah utama,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten OKI, Masherdata Musa’i, Kamis (06/11).

Menurutnya, kehadiran sekolah filial tersebut akan sangat membantu anak dalam mendapatkan pendidikan. “Beberapa memang masih ada (sekolah filial) khususnya di daerah perairan. Selain karena jarak dari tempat warga jauh (dari sekolah), faktor transportasi dan keselamatan juga menjadi pertimbangan hadirnya sekolah tersebut,” jelasnya.

Ditambahkannya, untuk membangun sekolah di suatu daerah memang harus melihat beberapa hal dan realita di lapangan. Salah satunya jumlah masyarakat yang ada di wilayah tersebut serta aksesnya.

“Kalau masyarakat sedikit tidak mungkin juga bangun sekolah (di sana). Artinya, jalan keluar sementara itu dibuatkan sekolah darurat, dan gurunya didatangkan dari sekolah yang induk,” tuturnya.

Dirinya mengharapkan, ke depan ada kerjasama lintas sektoral untuk lebih memajukan pendidikan di daerah ini. Misal dalam hal penyediaan transportasi sehingga siswa akan lebih mudah.

Terkait ketersediaan guru (PNS), dirinya tidak memungkiri bahwa di Kabupaten OKI, masih cukup banyak kekurangan. Bahkan, dirinya mengungkapkan, di daerah pedalaman ataupun perairan Kabupaten OKI, masih ada sekolah yang guru PNS-nya hanya satu atau dua.

“Tapi kita berterimakasih banyak dibantu putra daerah yang mengabdikan dirinya untuk daerahnya. Kalau ideal jumlah guru PNS itu sebenarnya tidak menjadi patokan, karena tergantung jumlah siswa dan ruang belajar. Jadi, tidak harus satu sekolah jumlah gurunya sekian,” tandasnya.

(Eka DH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.