Jurnalline.com, Tondano (MINAHASA) —
Urban Gathering atau Moon Bae telah menjadi tempat netral bertemunya pluralitas masyarakat, >”Berbagai golongan agama, suku, dan status sosial berbeda, berkumpul dalam kesamaan aktivitas yaitu konsumsi, komunikasi dan membangun relasi. Interaksi Santai antara penjual dan pembeli, juga sesama pengunjung, secara organik memperkuat kohesi sosial dan mengurangi potensi prasangka.” Ujar Lattu dalam tulisannya kepada media ini Kamis, (20/11/2025).
URBAN GATHERING TONDANO: Transformasi Ruang Publik menuju Minahasa Produktif, Aman dan Kolektif.
Dalam Bahasa kaula muda Tondano, akrab disebut dengan Moon By, yang dapat dimakanai “kami duduk didekat bulan”.
Fenomena ini memicu gelombang transformasi dimensional dan mengubah citra Kota Tondano dari tiga aspek fundamental yaitu sosial, ekonomi dan keamanan.
Dengan Aneka kuliner serta suasana sejuk dan tenangnya pusat Kota Tondano kini telah menjadi tujuan wisata lokal yang tersiar secara cepat ke berbagai sudut kota diprovinsi Sulawesi Utara.
“Suasana malam Kota Tondano kini menampilkan wajah baru yang semarak dan semakin hidup dengan
Kerumunan masyarakat yang hadir untuk menikmati minuman ringan,” Cetusnya
Dari perspekfit sosiologi, jantung Kota Tondano sebagai titik kumpul masyarakat dimalam hari telah berfungsi sebagai “Laboratorium Toleransi” secara efektif.
Situasi keramaian dengan pencahayaan pusat kota nan terang, menjadikan masyarakat baik dalam pun luar Kota Tondano berinteraksi tanpa sekat dengan komunikasi kaya makna sehingga meruntuhkan segregasi sosial.
Peristiwa ini mempertegas Tondano sebagai kota toleransi, dimana kerukunan tidak hanya menjadi selogan tetapi praktik setiap hari.
Secara ekonomi, Moon Bae telah menempatkan pusat Tondano selaku Kawasan ekonomi produktif.
“Keramaian ini adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan bagi waraga Tondano, sehingga harus tetap kita jaga dan pelihara Bersama. Kehadiran perekonomian setral di Kota Tondano telah menjadi tumpuan bagi ratusan Usaha Kecil Menengah (UKM), dan memiliki pasar yang stabil serta ramai setiap malam” tandasnya
Adalu pada Kegiatan perekonomian tersebut pastinya mempercepat rantai pasokan dan permintaan bahan baku yang disarap dari pasar lokal termasuk penyerapan tenaga kerja paruh waktu.
Siklus tersebut menjadikan pusat Kota Tondano berubah dari pusat administrasi menjadi mesin ekonomi rakyat berbasis komunitas.
“Banyak warga kini mendapatkan penghasilan tambahan yang signifikan, menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dimulai dari pengelolaan ruang publik.” Bebernya
Aspek transformasi yang paling daramatis adalah keamanan citra kota. Konotasi lama yaitu Tondano kota rawan kriminal dimalam hari perlahan menghilang. >”Fenomenan ini selaras dengan konsep Sosiologi Perkotaan “Eyes on the Steer” dari Jane Jacobs, mengemukakan bahwa keramaian yang bertahan hingga larut malam justru menjadi penjamin kemanan terbaik.”
Setiap pengunjung saat menikmati malam dan setiap pedagang yang sibuk melayani, menjadi “mata” untuk mengawasi lingkungan. Ini adalah bentuk keamanan strategis dari transformasi kemanan sebagai kebutuhan sehingga melahirkan kesadaran kolektif, menumbuhkan rasa kepemilikan komunal terhadap ruang publik, menciptakan pengawasan kolektif yang efektif dan menghilangkan ruang bagi terjadinya tindak kriminal.
Keamanan di wilayah pusat Kota Tondano saat ini bukan hanya dipelihara oleh aparat kepolisian saja tapi oleh kesadaran dan kehadiran seluruh warga. >”Urban Gathering di Kota Tondano sudah melampaui fungsinya sebagai tempat berkumpul biasa, melainkan menjadi pusat studi tentang bagaimana inisiatif berbasis komunitas dapat menjadi instrument perubahan sosial multifaset.”
Keberhasilan Tondano dalam menyelaraskan toleransi sosial, pertumbuhan ekonomi, dan keamanan kolektif, menjadi model inspirasi bagi kota-kota lainnya di Sulawesi Utara dalam menata ulang ruang public mereka. (Ef_Iskandar/**)
Copyright © 2017 Jurnalline Cyber Media
