Perlu Di Sikapi Serius Oleh Pemerintah Pusat Dan Pemkab Bekasi

Spread the love

Jurnalline.com, Jakarta –
Perlu disikapi dengan Serius Oleh Pemerintah Pusat dan Pemkab Kab Bekasi, Kisah pilu seorang ibu Muda yang selalu berdoa untuk Kesembuhan anaknya Nafeeza Zahra Arifin (9 bulan) yang diagnosa menderita Hemangioma. Bayi mungil ini sering di sapa ‘Dd Zahra’, Terlahir dari keluarga sederhana, Orang tuannya Sriyandi Arifin
Pekerja biasa / Buruh pabrik Roti dan Ibu Melissa seorang Ibu Rumah tangga, yang beralamat
di Kampung Pintu Rt. 003/04 No. 146 Dusun II Desa Babelan Kota Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi Jawa barat.

“Ibu Melissa mengharapkan Kesembuhan dan bantuan penanganan medis serta kepedulian dari pemerintah untu si buah hatinya, Penderita Penyakit Hemangioma (kanker pembuluh darah.

Ibu mana yang yak tak sedih melihat sibuah hatinya tak lagi banyak senyum dan canda, diusia 9 bulan, Sebagai mana lazimnya bayi lainnya yang tak banyak nampak senyum manis dari bibirnya, karena penyakit yang dideritanya, Kini ibu Melisa terus bersabar dan berdoa meratap sedih menangis pilu, tetapi semua itu dihadapi dengan tabah dan tawakal.

Rekan media mencoba silaturrahmi kerumah pasien Dd Zahra (Nafeeza Zahra Arifin ) di wilayah babelan kota, Alhamdulillah kami berjumpa langsung dengan Ibu Melisa (orang tua Dd), Inilah Kronologisnya dikisahkan langsung oleh ibu Melissa, Kamis ( 14/2).

Pada mulanya Sibuah hati ( bayi Dd Zahra panggilannya) lahir dalam keadaan sehat walafiat di RS THB atas rujukan dari Puskesmas babelan dengan berat badan 4500 gram,

“Hanya ada tulang yang menonjol dibagian dada, Akan tetapi tidak ada diagnosa apapun dari pihak rumah sakit,” kata Ibu Melisa di Kediamannya bersama si buah hati.

Lanjut Ibu Melissa, Di rumah sakit THB hanya berselang 3 hari penanganan. Si ibu diperbolehkan pulang kerumah, Namun si Bayi harus di tangani secara intensif di rumah sakit. Dengan alasan karena keterbatasan alat yang ada di rumah sakit THB.

Akhirnya Dd bayi di larikan ke rumah sakit lain yang lebih lengkap dari sisi alat dan penanganan medisnya. Setelah berusaha mencari kesana kemari rumah sakit yang bersedia menerima kondisi si bayi Zahra, Hanya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang bersedia menerima. Itupun berkat bantuan dari salah satu karyawati di RSCM yang bertugas di poli anak. Sebutlah ibu Fitri.

“Tetapi penanganan medis di RSCM pun tidak berlangsung lama, hanya 10 hari,”

Terkendala ekonomi*
Dikatakan ibu Melisa, Karena kondisi jarak tempuh yang jauh dan kondisi ekonomi yang sangat terbatas akhirnya pihak keluarga memutuskan untuk memindahkan penanganan kontrol kesehatan sang bayi ke rumah sakit terdekat dengan domisili tempat tinggal mereka, yaitu di Bekasi, Namun sebelum Dd bayi menginjak usia dua bulan, tidak ada pemeriksaan apapun yang dilakukan.
*Awal diketahui Menderita Hemangioma*.

Setelah usia dua bulan ketika ada perubahan fisik terhadap sibayi, dari berat badan yang tidak tambah, juga timbul sejenis “daging ” berwarna merah di bagian hidung dan dada si bayi, lantas pihak keluarga bertanya kepada salah satu bidan yang praktek di dekat rumah mereka. Dan bidan itupun menyarankan untuk membawa kembali si bayi ke RSCM, untuk di USG.

“Dari hasil USG berdasarkan Diagnosa Dokter saat itu adalah Nama Penyakitnya Hemangioma (kanker pembuluh darah-red),” Ucap ibu Muda yang terlihat sabar dan tegar, walaupun sedikit menyembunyikan kesedihan.

Setelah dinyatakan menderita Hemangioma, pihak keluarga kembali membawa pemeriksaan Dd bayi ke puskesmas Babelan satu,

” Anehnya pihak puskesmas malah tidak mengetahui jenis penyakit tersebut. Saat itu dokter yang menanganinya adalah Dr. Victor. Malah Pihak puskesmas memberi rujukan kembali ke rumah sakit Ana Medika kepada Dd bayi untuk check up rutin,” Kata Ibu Melisa

Lanjutnya, Semakin hari terlihat ada pembesaran/benjolan dibagian wajah yang semakin membesar. Pihak RS. Ana Medika memberikan terapi obat yang harus di minum oleh Dd bayi selama satu bulan penuh. Dan menurut pengalaman dokter yang sudah pernah menangani pasien dengan status Hemangioma ini , setelah terapi 6 bulan akan terlihat perubahan yang baik.

” Namun ternyata ketika ditanyakan ada perubahan atau tidak kepada pihak keluarga terhadap Dd Zahra, mereka mengatakan “tidak”. Bahkan terapi ini sudah menginjak yang ke delapan,” ungkap ibu Melisa.

Dari segi masukan gizi, keluarga sudah berusaha untuk mengikuti aturan pihak medis, seperti memperbanyak nutrisi. Bahkan pada saat dokter menyarankan untuk memberikan susu INFATRINI, salah satu susu asupan nutrisi nabati , yang tidak dijual bebas,yang hanya bisa dibeli via online,

“Keluarga pun menyanggupi untuk membeli susu INFATRINI atas saran Dokter walaupun harganya terbilang mahal untuk ukuran keluarg kami, Demi sibuah hati Dd Zahra,” tukasnya

Pertumbuhan fisik sang bayi yang sangat terhambat ini pun sudah mulai ada perubahan setelah dibantu minum susu tersebut.

Saat ini usia Dd zahra menginjak 9 bulan dengan berat badan 6500 gram.
Sementara pihak RS Ana medika menyarankan adanya tindakan operasi apabila berat badan dd zahra mencapai 10.000 gram atau 10 kg.

‘Pengobatan selama ini menggunakan KIS ( Kartu Indonesia Sehat)’.

“Ada Kabar kemarin, (kamis 14/2/19) pihak puskesmas babelan satu adakan kunjungan ke rumah keluarga Dd zahra. Dan memberikan bantuan berupa uang tunai serta Kapuskes sendiri menyatakan bahwa pihak Puskesmas siap membantu dalam hal rujukan,” ungkap ibu Melisa.

Harapan dari kedua orang tua adinda zahra “Saya ingin anak saya cepet sembuh, pengen cepet cepet ditanganin, saya pengen anak saya seperti anak_anak yang lainnya, dan dari segi penanganannya jangan dipersulit”.

” Semoga pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bekasi juga mau membantu meringankan beban keluarga juga,” harapnya.

Sementara itu, ketua RT setempat di wilayah Kampung Pintu Babelan Kota, kepada awak media menuturkan.

“Ya memang benar penyakit anak ibu Melissa sudah lama bahkan sudah di bawa ke RSCM dan saat ini sudah ditangani oleh Ana medika. Memang untuk unsur pemerintahan mengetahui baru-baru ini, Bahkan Pak Lurah dan perangkat Desa Sudah datang,” terang Ketua RT

Sebagai Pengurus ketua RT setempat, saya hanya bisa membantu dengan rujukan dan rujukan saja,” pungkas Ketua RT 003/04.

(Yati)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.