Gerakan Tolak Ahok Semakin Meningkat

Spread the love

Jurnalline.com, Jakarta – Gerakan masyarakat DKI Jakarta menolak Ahok makin kencang dan tak terbendung. Kedzoliman gubernur tukang gusur dan arogan ini menuai penolakan dari banyak pihak.

Siang ini, Kamis (8/9/2016), sejumlah elemen masyarakat yang tergabung dalam Indonesia Bergerak melakukan aksi di Silang Monas, Jakarta Pusat.

Mereka menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat Ibukota tolak Ahok sebagai pemimpin warga Jakarta untuk kedua kalinya saat Pilgub 2017 nanti.

“Ahok bukanlah solusi bagi Ibukota tetapi petaka bagi warga Jakarta,” kata juru bicara Indonesia Bergerak, Jamal Hidayat.

Ia menyebutkan, sedikitnya ada enam alasan Ahok wajib dan harus ditolak:
Pertama, pemimpin minus etika. Rekam ingatan publik tak lupa bagaimana ketika Ahok memaki seorang ibu tua renta yang hendak mengeluhkan persoalan kepadanya. Belum lagi suguhan tayangan berisi umpatan dan sikap arogansi seorang Ahok.

Alasan kedua, Ahok adalah pemimpin anarkis terhadap rakyat kecil. Saat Pilgub DKI 2012 lalu, Jokowi-Ahok berjanji tidak akan melakukan penggusuran kepada masyarakat Jakarta. Faktanya, sampai dengan Agustus 2015 sebanyak 3.433 kepala keluarga sudah menjadi korban penggusuran Ahok dengan alasan menyelamatkan ruang terbuka hijau. Bahkan mayoritas dari penggusuran tersebut harus berakhir konflik fisik antara warga dengan perangkat aparat birokrat.

Di sisi lain, banyak bangunan elit dan megah seperti perumahan, apartemen dan pusat perbelanjaan yang diindikasi melanggar ruang terbuka hijau, tetapi tidak pernah sedikitpun ditertibkan oleh Ahok.

Ketiga, Ahok pemimpin yang tak mampu membenahi Jakarta. Persoalan krusial di Jakarta adalah macet dan banjir. Harapan masyarakat kepada Ahok untuk membenahi dua persoalan besar ini sangat tinggi. Namun bukannya teratasi, menurut dia, kemacetan dan banjir di Jakarta pun semakin menggila.

Angkutan massal yang digembar-gemborkan juga tidak kunjung terbukti. Begitu pula untuk persoalan banjir. Bahkan jalan protokoler di kasawan Sudirman-Thamrin dan kawasan Kemang yang selama ini steril dari banjir, bisa berubah menjadi genangan parah saat hujan turun meski dengan intensitas tidak terlalu deras

Keempat, pemimpin dengan sederet konflik. Bukan Ahok namanya kalau tidak melempar kesalahan orang lain. Hampir semua pihak pernah dijadikan kambing hitam oleh Ahok.

Jamal menjabarkan, ketika Jakarta banjir Ahok menyalahkan PLN, galian kabel, gubernur sebelumnya, anak buah, masyarakat, hingga tudingan sabotase pihak tertentu. Bahkan saat Jakarta terserang DBD pun, Ahok dengan lantang menyalahkan nyamuk dari Bekasi.

Kelima, pemimpin minus prestasi. Keberhasilan Ahok selama ini, ia menilai, hanya digembar-gemborkan oleh media massa pendukung dan pasukan sosmednya.

Audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pernah merilis bahwa pengelolaan anggaran di DKI Jakarta era Ahok terjadi penyimpangan.

Indonesia Bergerak sendiri terdiri dari kalangan pekerja, pedagang, mahasiswa, profesional muda, buruh, aktivis dan lain sebagainya.

Dalam aksinya mereka membentangkan beragam spanduk berisi penolakan terhadap Ahok. Aksi ini diikuti sekitar seratusan orang ini berlangsung tertib.

(IDG/Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.