Satu Keluarga Hidup Diatas Becak Selama 4 Bulan Di Kota Tangerang

Spread the love

Jurnalline.com, KOTA TANGERANG – Popularitas dan kemajuan Kota Tangerang saat ini sangat luar biasa,  sehingga daerah-daerah luar Kota,menjadikannya sebagai kota tujuan, untuk percontohan dalam segala hal. Apalagi,Kota yang bermotto Akhlaqul Karimah ini kerap kali mendapatkan penghargaan sebagai kota terbaik tingkat Provinsi maupun Nasional, Kamis (12/10/2017).

Kota seribu industri yang dipimpin Walikota Tangerang, Arief R Wismansyah ini terus berupaya mewujudkan kota yang layak huni, layak investasi, layak dikunjungi dan kota yang menggunakan teknologi informasi berbasis elektronik.
Namun, dibalik prestasi yang telah diraih Pemkot Tangerang ini, masih banyak warga yang hidup dalam garis kemiskinan, jauh dari kata layak. Dan ironisnya, keadaan seperti ini luput dari perhatian Pemkot Tangerang.
Salah satu contoh, seperti yang dialami sepasang keluarga dengan anak kembarnya, yang sehari-harinya hidup dan tinggal diatas becak.
Yusuf Salim dan Riyamah serta anak kembarnya, Maulana Akbar dan Maulana Bukhori, mereka sudah empat bulan tinggal diatas becak di bantaran Kali Cisadane, Jalan Benteng Makasar, Kecamatan Tangerang Kota Tangerang.

Yusuf Salim, saat ditemui wartawan  mengatakan, dirinya terpaksa tinggal di atas becak karena tidak mampu untuk menyewa rusunawa yang sebelumnya ia tepati di wilayah Gebang Raya, sehingga memutuskan untuk tinggal diatas becak dengan istri dan kedua anaknya.

“Dulu setelah anak kembar saya lahir, kami dibantu oleh Pemkot Tangerang untuk persalinan dan kami ditempatkan di Rusunawa Gebang Raya Blok C 102. Bulan pertama kami sekeluarga gratis tinggal disana, tapi bulan berikutnya kami diminta uang sewa sebesar Rp 300 ribu ditambah uang air dan listrik, hingga total perbulannya Rp 500 ribu,” ujar Yusuf, Selasa (10/10/2017).
Menurut Yusuf, dengan kerjaanya sebagai tukang becak, penghasilan dirinya yang hanya cukup untuk memberi makan keluarga, maka uang sewa Rusunawa sebesar Rp 500 ribu menjadi beban, sehingga akhirnya tidak sanggup lagi bayar. Dan dirinya hanya bisa bertahan di Rusunawa Gebang sekitar delapan bulan dan memutuskan untuk keluar.
“Saya benar-benar tidak sanggup untuk membayar sewa Rusunawa, karena penghasilan mengayuh becak tidak menentu, belum lagi untuk biaya makan dan kebutuhan anak kembar saya. Untuk itu, saya memutuskan untuk keluar Rusunawa,” ucapnya.
Seharusnya lanjut Yusuf, Pemerintah Kota Tangerang kalau membantu warganya yang miskin, jangan setengah-setengah. Untuk itu, dirinya berharap Pemkot Tangerang dalam hal ini Walikota Tangerang bisa membantu meringankan beban hidupnya.
“Kami hanya mengandalkan hasil  menarik becak untuk kebutuhan sehari-hari dan juga belas kasihan uluran tangan dari warga sekitar. Untuk mandi dan mencuci pakaian kami gunakan air kali Cisadane dan untuk minum kami beli air isi ulang,” tuturnya.
Yusuf menambahkan, jika malam hari tiba dirinya bersama istri tidur diatas trotoar dengan beralaskan spanduk bekas,  karena diatas becak hanya muat untuk tidur kedua anaknya. Yang lebih menyedihkan lagi ketika hujan turun, dirinya bersama istri menggunakan terpal dengan dibentangkan diatas becak.
“Kalau hujan turun di malam hari, kami tidak bisa tidur karena trotoar basah dan hanya berteduh dibawah terpal. Yang penting kedua anak kami bisa tidur pules saja, itu sudah cukup,” tukasnya.
(iwan/abidin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.