Ditjenpas Dan BNPT Kunjungi Napi Teroris Binaan Lapas Kayuagung 

Spread the love

Jurnalline.com, Kayuagung OKI (Sumsel) – Kunjungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) melalui Kasi Assesmen Dan Klasifikasi Narapidana Achmad Zaenul S.Sos bersama Staf Deradikalisasi Subdit Bina Lapas Badan Nasional Penanggulan Teroris (BNPT) Heru Yoga Gumelar ke Lapas Klas III Kayuagung guna melakukan identifikasi narapidana teroris Kamis (19/4/2018).

Kendati tengah berhadapan dengan mantan anggota kelompok teroris terbesar dan membahayakan keutuhan Negara, suasana justru sebaliknya, obrolan santai terus mengalir  tanpa ketegangan sedikitpun.

Menurut staff BNPT Heru Yoga Gumelar didampingi Kasi Assesment Ditjenpas Achmad Zaenul, pihaknya dengan petugas BNPT lainnya ditugaskan di beberapa Provinsi ke sejumlah UPT lapas memiliki napiter,

“Di lapas ini Kita lakukan identifikasi dan melihat hasil pembinaan, sekaligus menilai tingkat radikalisme napiter yang berada disini. Sejauh ini, hasil pembinaan yang diterapkan di lapas ini cukup menggembirakan,” terangnya

Kalapas Kayuagung Hamdi Hasibuan ST SH M.Hum didampingi Kasubsi Pembinaan Dedi Mardjana, A.Md.IP, SH mengatakan lembaganya ini telah membina 2 orang napi teroris yang dulunya merupakan jaringan Santoso di Poso Sulawesi Selatan, yakni Herly Isfranko alias Hamzah alias Frans serta satu orang Edi Santoso alias Sukri alias Mas Lampung. Akibat dari perbuatannya, napiter Herli divonis  6 tahun, sedangkan Edi divonis 8 tahun penjara,

“Kedua napiter ini sudah 2 tahun dibina di lapas Kayuagung. Herli merupakan kurir yang menyelundupkan 800 butir peluru ke gembong kelompok teroris Santoso di Poso, sedangkan Edi terlibat perampokan sejumlah Bank di Pulau Sumatera terutama di Lampung. Hasil dari rampokan digunakan sebagai dana teroris,” terangnya.

Kasubsi Pembinaan Dedi Mardjana, A.Md.IP, SH menjelaskan kedua napi yang tinggal di Blok C dan D ini merupakan warga binaan yang mendapat perhatian khusus,

“Napiter ini, meskipun diawal masuk lapas,keyakinan “sesatnya” masih melekat kuat, bahkan tidak pernah beribadah. Mereka masih menganggap masjid “Toghut”, tetapi dengan pembinaan dilakukan petugas lapas disini, keduanya sudah berangsur menyadari kekeliruannya. Sekarang malah lebih rajin ke mesjid,” pungkasnya.

(Eka DH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.