Melalui Pembinaan Rohani, Kunci Penangkal Penyebaran HIV/AIDS

Spread the love

Jurnalline.com, BATANG (Jateng) – Kasus HIV di Kabupaten Batang terus meningkat, dari periode 2007-Juli 2018, tercatat 999 kasus HIV/AIDS yang mayoritas adalah pada usia produktif. Dari angka itu sebanyak 792 penderita HIV dan 207 AIDS, 161 orang dilaporkan sudah meninggal dunia.
Jadi masih ada 838 penderita hidup saat ini. Hal inilah yang mendorong Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Batang gencar melakukan sosialisasi sebagai tindakan preventif.

Kodim 0736 Batang sebagai satuan teritorial diwilayah yang secara langsung terjun ketengah masyarakatnya, guna mensukseskan gelaran TMMD Reguler 103, menggelar penyuluhan pencegahan HIV/AIDS yang dikemas dalam kegiatan Pembinaan Rohani kepada warga Desa Durenombo Kecamatan Subah, bertempat di kediaman Fahrudin (53) Kadus 1 Durenombo. Kamis (1/11/18).

Mundofir S.l.P, Sekretaris KPA Batang selaku narasumber, berharap kepada para penyuluh kesehatan dan agama (tokoh agama), dapat berkontribusi dalam pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS. “Karena ini masalah bersama dan harus dicarikan solusi bersama, baik itu Pemda, stakeholder maupun masyarakat secara umum agar apa yang menjadi tujuan KPA Kabupaten Batang terealisasi maksimal.”, ungkapnya.

“Melihat angka kasus yang masih tinggi, marilah bersama-sama berperan aktif menangkal, mencegah dan menanggulangi HIV agar tidak semakin berkembang. Inilah salah satu jihad kita sebagai penyuluh agama yang dekat dengan masyarakat menyampaikan informasi HIV/AIDS.” tegasnya.

Lebih lanjut disampaikannya, Batang mengalami tren kenaikan setiap tahun, bahkan sempat menempati posisi pertama di Jateng terhadap penemuan kasus terbaru pada 2013 lalu. Selain itu seluruh kecamatan sudah ada kasus HIV, atau tidak ada satupun kecamatan yang terbebas dari penyakit kutukan ini. Lebih parahnya, di salah satu desa, terjadi diskriminasi dan stigma terhadap Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) sehingga tidak diperbolehkannya anaknya bersekolah dan dikucilkan masyarakat.

“Miris bagi kita, tak seharusnya ODHA mendapatkan diskriminasi itu. Oleh karenanya perlu kerjasama dari berbagai pihak dalam menuntaskan permasalahan ini. Harapan saya, setelah bimbingan ini, di 2030 nanti, 90% masyarakat Batang sudah paham dengan HIV AIDS, tidak terjadi stigma dan diskriminasi terhadap ODHA serta tidak ada penambahan penderita baru.” imbuhnya.

(Dp/fram)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.