Kementan dan FAO Lawan Penyakit ASF Intervensi Biosekuriti bagi Peternak di Sulut

Spread the love

Jurnalline.com, Tompaso (Minahasa) — Kementerian Pertanian RI bersama Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) dan didukung oleh Kementerian Pertanian, Pangan dan Pedesaan (MAFRA) Republik Korea, meluncurkan program Intervensi Biosekuriti Komunitas African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika (Community ASF Biosecurity Intervention/CABI) di Indonesia, dengan area percontohan yang dimulai di provinsi Sulawesi Utara. Pemerintah Indonesia telah memilih tiga lokasi percontohan, yaitu Desa Pinabetengan, Desa Paslaten Satu, dan Desa Tiwoho di Sulawesi Utara. Selasa, (19/03/2024).

“ASF merupakan penyakit hewan yang sangat menular pada babi domestik dan babi hutan, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi dan produksi yang signifikan. Virus ASF sangat resistan dan dapat bertahan lama dalam berbagai kondisi,” kata Nasrullah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, di Jakarta.

Wabah ASF pertama pada babi domestik di Indonesia dilaporkan pada tahun 2019. Wabah ini mengancam industri peternakan babi, dan pemerintah Indonesia secara resmi menyatakannya melalui Keputusan Menteri Pertanian.

Meskipun saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah penyakit ASF pada babi, Nasrullah menekankan bahwa penyebaran ASF dapat dicegah.

“Upaya pencegahan yang ketat dan kolaborasi antara pemerintah, peternak, dan masyarakat dapat membantu mengurangi risiko penyebaran penyakit hewan dan melindungi industri peternakan babi dari kerugian besar, terutama dengan menerapkan langkah-langkah biosekuriti,” jelasnya.

Kolaborasi pencegahan ASF ini dilakukan melalui program CABI yang bertujuan membantu peternak babi skala kecil melakukan mitigasi dan pemulihan ASF dengan memperkuat langkah-langkah biosekuriti. Program praktis ini yang didukung oleh MAFRA ROK, telah berhasil diterapkan di beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik dan diperluas ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal.

Nuryani Zainuddin, Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menjelaskan bahwa ASF membawa ancaman signifikan bagi peternak babi berskala kecil, khususnya terhadap mata pencaharian mereka.

“Program pencegahan ini diharapkan dapat memperbaiki situasi kesehatan peternak di Sulawesi Utara secara keseluruhan dan membantu target Sulawesi Utara bebas ASF,” ujar Nuryani.

Sementara Gubernur Sulawesi Utara melalui Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulawesi Utara, Wilhelmina J. N. Pangemanan, menyebutkan bahwa pemerintah di tingkat nasional maupun daerah, serta FAO telah berkolaborasi untuk mencegah ASF dengan menerapkan beberapa langkah.

“Kami terus meningkatkan pencegahan lalu lintas media pembawa virus, mengisolasi babi yang terkena ASF, menerapkan biosekuriti dan manajemen peternakan yang baik, serta melakukan pemantauan intensif di wilayah berisiko tinggi,” jelas Wilhelmina.

Rajendra Aryal, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste mengatakan, “FAO berharap program CABI akan memitigasi risiko ASF di peternakan babi skala kecil dan mencegah kerugian ekonomi akibat wabah ini.

Hal ini juga akan meningkatkan sistem kesehatan hewan di Indonesia secara berkelanjutan untuk menjamin penghidupan peternak dan ketahanan pangan dengan menjaga kualitas produk babi.”

Lebih lanjut Rajendra menjelaskan bahwa uji coba CABI juga akan diluncurkan di provinsi Kalimantan Barat pada bulan April 2024. FAO berkomitmen untuk bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, serta pemerintah daerah guna memberikan dukungan teknis yang diperlukan untuk pencegahan ASF yang efektif di Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Penjabat (Pj) Bupati Minahasa, Jemmy Stani Kumendong, mengapresiasi Kementerian Pertanian dan FAO yang telah melakukan tindakan pencegahan ASF ini. “Dukungan yang diberikan sangat bermanfaat karena dengan menerapkan pencegahan biosekuriti akan membantu peternak menjaga kesehatan babi dan menekan kerugian finansial,” tuturnya.

Ia juga berharap semakin banyak peternak yang sadar akan pentingnya biosekuriti dan mulai menerapkannya di peternakan masing-masing untuk mencegah ASF dan penyakit lainnya. (EffendyIskandar/timFAO)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.