Perempuan Dalam Pusaran Stigma

Spread the love

Jurnalline.com, Tangerang – Angka kasus penularan HIV dari ibu ke anak serta stigma dan diskriminasi kepada Orang Dengan HIV – AIDS (ODHA) khususnya perempuan positif HIV di wilayah Kabupaten Tangerang menjadi perhatian khusus pemerintah daerah Kabupaten Tangerang dan penggiat HIV – AIDS dalam upaya penanggulanganya. Seringkali ibu rumah tangga tidak menyadari terinfeksi HIV dari suaminya, sehingga mengandung dan akhirnya melahirkan keturunan yang membawa virus HIV di dalam dirinya.

Ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV AIDS dari suami, acap kali menerima stigma (pandangan negatif – Red) serta perlakuan diskriminatif baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar mereka, bahkan ada yang menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Terkadang mereka menerima stigma dan perlakuan diskriminatif dari petugas layanan kesehatan.

Berbagai pengalaman dari para perempuan yang positif HIV inilah yang menjadi ide awal pembuatan film semi dokumenter berjudul “Perempuan Dalam Pusaran Stigma”, yang diproduksi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tangerang. Acara peluncuran film ini dikoordinir oleh para perempuan yang tergabung dalam Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) Provinsi Banten.

Heru Cakiel, penulis naskah film ini membagi kisah proses pembuatan naskah film Perempuan Dalam Pusaran Stigma, yang melalui proses penggalian informasi dari perempuan yang bersedia berbagi kisah hidupnya untuk diangkat ke dalam sebuah film semi dokumenter. Proses observasi di layanan maupun di dalam keseharian para perempuan positif HIV, serta proses empati pun dilakukan sebagai bagian dari proses penjiwaan untuk dapat menuangkan pengalaman para perempuan positif HIV ini ke dalam suatu naskah film.

“Selain melakukan proses interview untuk menggali informasi, serta observasi dalam kegiatan sehari-hari di layanan kesehatan khususnya klinik HIV AIDS, saya membayangkan seandainya hal ini terjadi pada diri ibu saya atau kakak perempuan saya,” ujar Heru.

Menurut Adhie Suhaedi, selaku sutradara film ini menjelaskan bahwa proses produksi film ini sendiri dilakukan pada bulan Oktober 2015, dan baru diluncurkan pada Selasa (25/10/2016), pukul 13:00 WIB, di Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Tangerang yang berlokasi di Komplek Pusat Pemerintah Kab. Tangerang Jl. H Abdul Hamid Tigaraksa – Tangerang.

“Film ini diproduksi pada tahun lalu, tepatnya pada bulan Oktober 2015, dan memang kita baru bisa meluncurkan film ini pada hari ini,” ujar Adhie Suhaedi, pada kesempatan dialog interaktif yang dilaksanakan sesaat setelah penayangan film di ruang Studio Perpusda Kabupaten Tangerang.

img_20161025_135818_hdr

Film semi dokumenter ini diangkat dari kisah nyata 3 perempuan dimana mereka adalah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV dari suaminya tanpa mereka sadari, ada yang suaminya merupakan pengguna narkotika suntik dan pergaulan seks beresiko yang dilakukan suaminya. Bahkan ada di antara para perempuan dalam film ini yang sama sekali tidak mengetahui bahwa suaminya adalah seorang bandar narkotika jenis sabu. Berbagai tantangan dihadapi para perempuan ini untuk tetap bisa bertahan hidup dengan anak-anaknya selepas suaminya meninggal. Para perempuan ini mengalami stigma ganda di dalam kehidupannya, namun para perempuan ini dengan kekuatan yang dimilikinya berupaya untuk memperjuangkan kesehatan mereka, untuk tetap dapat hidup demi anak-anak mereka.

Koordinator Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) Provinsi Banten, Kiki Anisa, menjelaskan bahwasannya seringkali para perempuan ini menjadi korban dari sebuah keterpaksaan, dimana mereka harus memilih suatu pilihan yang seolah tidak ada pilihan lain. Sebagai contoh Kiki menjalaskan pengalaman seorang perempuan positif HIV yang pada saat akan melahirkan bayi yang dikandungnya, dihadapkan pada suatu pilihan untuk sterillisasi yang diajukan oleh seorang dokter yang akan melakukan operasi caesar sesaat sebelum proses operasi dilakukan, dengan alasan bahwa tenaga medis ini memiliki sebuah hak untuk tidak melakukan operasi demi keamanan diri tenaga medis tersebut.

“Perempuan ini sering tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai HIV serta hak-haknya sebagai orang yang hidup dengan HIV AIDS (ODHA), sehingga akhirnya mereka mengambil suatu keputusan secara terpaksa, karena seolah-olah tidak ada pilihan lainnya,” tandas Kiki Anisa.

Sekretaris KPA Kabupaten Tangerang, Efi Indarti S.KM, M.Kes., menjelaskan bahwa penggarapan film ini diperankan dan mengikut sertakan para penggiat HIV AIDS dari komunitas yakni Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), dengan harapan film ini bisa menjadi media informasi dan memberikan edukasi bagi masyarakat pada umumnya agar tidak memberikan stigma dan tidak melakukan tindakan-tindakan diskriminastif terhadap perempuan dengan HIV AIDS.

“Saya sangat mengapresiasi teman-teman perempuan yang telah berani untuk terlibat dalam pembuatan film ini, kami berharap film ini bisa memberikan informasi dan pembelajaran agar tidak lagi memberikan stigma dan prilaku diskriminatif kepada ODHA, serta menghimbau bahwa justru ODHA ini sangat membutuhkan dukungan dari keluarga serta orang-orang sekitarnya untuk mereka menjalani proses pengobatannya,” papar Efi Indarti.

Acara peluncuran film ini dihadiri oleh 87 orang yang terdiri dari perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), perwakilan dari layanan kesehatan, perwakilan Remaja Peduli Kesehatan Reproduksi dan HIV AIDS (Replika), perwakilan dari Polres Tangerang, seniman, komunitas Kelompok Taman Baca Balaraja, serta para penggiat HIV AIDS di  Kabupaten Tangerang.

(J.A)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.