Tiba-tiba Dipanggil Mensesneg, Gubernur Batal Temui Petani Galela

Spread the love

Jurnalline.com, Sofifi (Maluku Utara) – Sampai pada hari ketiga Jumat (25/1/2019), aksi para petani dari Galela, menagih janji Gubernur Ghani Kasuba, untuk menyelesaiakan sengketa lokasi perkebunan eks perusahan pisang di Galela, masih terus berlanjut. Para petani dari 10 desa ini, masih bersikeras menunggu Gubernur kembali dan menemui mereka.

Para petani ini berharap Gubernur sudah menemui mereka kemarin, karena sesuai janji yang diterima dari Kasatpol PP M. Alfi, Gubernur akan tiba pagi kemarin, namun jadwal pemulangan ternyata dibatalkan. Orang nomor satu diinternal Pemprov itu, lebih memilih menghadiri panggilan Mentri Sekretaris Negara (Mansesneg).

“Rencanannya Gubernur tiba pagi ini (kemarin red), bahkan saya sudah di Bandara menjemput pak Gubernur, untuk sama-sama ke Sofifi. Namun pak Gubernur menelpon saya, katanya mendapat panggilan mendadak dari Mansesneg,” kata kepala biro protokol kerja sama dan komunikasi publik Armin Zakaria, melalui sambungan telepon, Jumat (25/1/2019).

Armin Mengaku, Gubernur menghadap Mansesneg sekitar pukul 10.30 Wib, kemarin. Didampingi sekretaris pribadi Hasim Daeng Bareng. Hanya saja, Armin mengaku tidak diberitahu apa maksud pertemuan itu. “Kami menduga pertemuan ini terkait agenda kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, sebab kami di protokol telah mendapat informasi lisan dari Protokol Istana, bahwa bulan februari nanti Presiden rencana kunjungan ke Malut. Namun belum diketahui pasti apa saja agenda kunjungan teraebut.,” tambahnya

Meski begitu, lanjut Armin, Gubernur meminta agar massa aksi, tetap diperhatikan terutama kebutuhan makan minum mereka. “Gubernur juga berkeingunan bertemu massa aksi, namun karena panggilan mendadak sehingga membatalkan jadwal kembali,”terangnya sembari memastikan, hari ini Gubernur tiba di Sofifi langsung menggelar rapat. Bahkan, Armin juga mengaku surat undangan kepada instansi terkait dan SKPD tehnis telah disebarkan.

“Besok (26/1/2019) jam 10, rapat dipimpin langsung Gubernur. Instansi terkait yang diundang adalah pihak perusahan PT. Kapital Casargo, polda Malut, Kejaksaan Tinggi Malut, BPN dan perwakilan petani,” tukasnya

Sementra itu, meskipun Gubernur telah memerintahkan para petani ini ditampung dalam gedung eks Musallah Kediaman dan menunggu sampai Gubernur kembali, namun tidak lantas membuat para pendemo ini berdiam diri. Para petani ini hanya menjadikan eks musallah sebagai tempat tidur pada malam hari, itu juga jika terjadi hujan. Kalau tidak hujan, massa aksi tetap berada di jalan, dan terus melakukan orasi.

Bahkan, aksi mereka pada hari ketiga kemarin sempat membuat suasana menegangkan. Ini karena, salah satu anggota satpol yang bernama Alhadar Saban, yang juga putra Galela, mendatangi para pendemo dengan menggunakan bahasa daerah Galela, dimana Alhadar meminta para massa aksi untuk kembali pulang.

Bahkan, dia mengatakan massa aksi membuat malu diri sendiri.mendengar pernhataan ini, sontak massa aksi emosi, bahkan Alhadar diserang massa, beruntung cepat diamankan anggota Satpol sehingga tidak sampai dihakimi warga.

Meski begitu, para ibu-ibu petani merasa tidak puas atas pernyataan Alhadar, membuat susana aksi berubah dan tangisan. “Kami datang bukan untuk mencari perhatian, cari jabatan apalagi minta uang. Kami butuh keadilan. Kami dijaji Gubernur, harta kami digusur,” teriak ibu-ibu bercampur tangis

Koordinator aksi Elfis Guru, mengaku kecewa dengan sikap Gubernur yang terkesan mempermainkan masyarakat. Sebab telah membuat janji pada masyarakat petani untuk menemui mereka hari ini (kemarin red), kenyataanya Gubernur tidak datang. Kata dia, Gubernur lebih memilih patuh pada mansesneg dibandingkan masyarakat. Padahal dari petani ini yang mengantarkan Ghani Kasuba dan Natsir Thaib, menjadi Gubernur. Bahkan Ghani Kasuba sampai pada periode kedua.

“Kalau Gubernur paham hakekat jabatan yang diemban, maka derita masyarakat yang rela tidur dijalan berhari-hari ini, didahulukan pelayananya. Karena dari petanilah jabatan itu ada, bukan dari Mansesneg,” tegasnya

Meski begitu lanjut dia, masyarakat petani tidak punya pilihan lain, sehingga meskipun Gubernur terus berada diluar daerah satu bulan-pun aksi ini akan terus berlanjut.

“Kami harus kembai membawa hasil. Sehingga sampai kapanpun kami akan tetap tunggu Gubernur. Mudah-mudahan janji pertemuan besok (hari ini red), bukan lagi janji kosong, karena Gubernur memang doyan buat janji,” tukasnya.

(YUDI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.