DR SigitTryono : Visi LAI 2035 : “Firman Allah Menjangkau Semua Generasi”

Spread the love

Jurnalline.com, Sulut – Lembaga AIkitab Indonesia (LAI) tidak pernah melangkah tanpa kebersamaan dengan Gereja.

Tak ada satu pun program dan kebijakan yang tidak menyertakan Gereja. kata Sekum LAI DR. Sigit Tryono menuturkan Mustahil LAI tidak bersama Gereja, karena darisanalah mandat LAI berasal, disamping mandat dari Negara RI.

“Pertemuan-pertemuan, Dialog, Focus Group Discussion, Konferensi, dan Silaturahmi sering dilakukan LAI dengan para pimpinan Lembaga Gereja-gereja Tingkat Nasional (LGTN) bahkan sampai ke tingkat jemaat.” tukasnya

Menurutnya Berbagai masukan dan ide-ide selalu ditampung dan ditindaklanjuti untuk kebaikan bersama lebih baik.

“Diketahui Pada tanggal 7-9 Mei 2012, ada 112 pimpinan Gereja-gereja Protestan dan Katolik telah menandatangani kesepakatan dukungan terhadap karya LAI di bidang penerjemahan, penerbitan dan penyebaran Alkitab.” imbuhnya Ini menandakan kebersamaan yang sangat konkret dan sudah terdokumentasi.

“Sangat menarik bahkan dalam kesepakatan di atas, pada nomor 8 (terakhir) berbunyi: menyatakan siap meningkatkan kerjasama dalam mengoptimalkan Gedung Pusat Alkitab (Bible Center) sebagai salah satu sarana mewujudkan kesatuan dalam aksi dan kesatuan dalam pelayanan Alkitabiah (unio in actione et unio in servitio).” tandas Tryono

“Wujud kesatuan melalui Bible Center.” saat ini data menunjukkan bahwa Alkitab utuh (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), dalam 34 bahasa Indonesia dan Bahasa-bahasa daerah di Indonesia telah diterbitkan, dan semua hasil kerjasama sinergis dengan Gereja-gereja, Begitu juga dengan terbitnya Alkitab Perjanjian Baru dalam 108 bahasa daerah diseluruh Indonesia.”urainya.

Suara Gereja-gereja dalam hal Alkitab disamping soal kebutuhan penerjemahan Alkitab utuh (Perjanjian Lama dan Baru) ke dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia, juga soal pemanfaatannya bagi kebaktian-kebaktian dan aktivitas peribadatan lain.

Itulah mengapa Terjemahan Alkitab yang masih hanya tersedia dalam Perjanjian Baru diharapkan dapat dituntaskan sampai pada Kitab Perjanjian Lama. “Pekerjaan penerjemahan Alkitab membutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran, dan kehati-hatian.” jelas tryono

Pekerjaan ini tidak dapat diburu-buru, namun juga tidak dapat dibiarkan tanpa batas waktu yang jelas. Konsekuensi dari ini adalah dibutuhkan pemahaman semua pihak agar pekerjaan penerjemahan Alkitab berjalan dengan “normal”, tidak berhenti di tengah jalan atau selesai dengan prematur.

Pada umumnya Gereja-gereja sangat memahami hal ini oleh karena sudah berproses dari awal secara bersama.
“Aspirasi terhadap tersedianya terjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa membawa konsekuensi terhadap kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia yang mengerjakannya, serta sumberdaya dan pembiayaan yang harus tersedia sampai tuntas.” urai tryono

Menambahkan bawa Pelaksanaan Rapat kolaborasi bersama Wycliffe Global Alliance, LAI, FCBH, SIL, dan LPMI pada 3-5 Maret lalu di Kawangkoan kab.Minahasa Provinsi. Sulawesi Utara dengan menghadirkan pimpinan Gereja-gereja di Sulawesi, Maluku dan Papua (GMIM, GPID, GKST, GMIH, dan GIDI).

“Semua demi mendengar suara Gereja-gereja, disamping mempererat kolaborasi bersama, Kerjasama internasional, regional dan nasional serta saling mendengar menjadi tuntutan mutlak dalam menghadirkan, “Firman Allah yang menjangkau semua Generasi” (Visi LAI 2035).” Pungkas Sigit Triyono (Sekum LAI)
www.alkitab.or.id IG: @lembagaalkitabindonesia.

Tak ada yang mampu bekerja sendiri. Dengan semua potensi yang dimiliki oleh berbagai lembaga, bila disinergikan maka akan melahirkan karya yang memberkati lebih banyak dan lebih luas jangkauannya.
#SalamAlkitabUntukSemua*

Penulis : EffendyV.Iskandar
Editor : Ndre

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.